--> Keutamaan Shalat Dalam Kehidupan -->

Keutamaan Shalat Dalam Kehidupan

No comments



Keutamaan Shalat Dalam Kehidupan ~ Shalat dikatakan sebagai keutamaan karena kewajiban pertama bagi orang Islam adalah shalat,shalat sebagai cara pengabdian manusia kepada Allah,pencipta manusia kepada Allah,pencipta manusia itu sendiri.Cara melakukan shalat harus sesuai dengan aturan-aturan Allah melalui yang dicontohkan Nabi Muhammad,sebagimana ditegaskan di dalam hadistnya :

وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي

Artinya : "Shalatnya kalian,sebagaimana engkau melihat aku shalat."

    Maksudnya hadist ini,semua yang kita lakukan hendaknya sesuai dengan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad, baik itu shalat wajib atau shalat sunat. Tentang Fadillah atau keutamaan shalat, terutama shalat wajib banyak sekali macamnya, tetapi bisa dikelompokkan menjadi dua pengertian, yaitu keutamaan bagi hidup akhirat dan keutamaan bagi hidup di dunia. Antara lain keutamaan akhirat, misalnya : shalat itu menjadi kunci bagi amalan-amalan yang lain. Maksudnya apabila shalatnya baik, maka amalan yang lain ikut baik. Apabila shalatnya tidak baik maka amalan yang lain ditolak. 

      Maka untuk memberikan kemudahan dan semangat bagi kaum muslim dalam melakukan shalat disini diterangkan beberapa dalil yang menunjukkan bahwa shalat itu sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia di dunia asal shalat itu dikerjakan sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad dan dikerjakan dengan ikhlas hanya kepada Allah, bukan hanya sekedar kewajiban saja melainkan karena Allah ta'ala: "Seolah-olah kita melihat Allah, apabila tidak melihat harus yakin bahwa Allah melihat kita".Sikap yang jujur seperti ini, harus selalu menyertai setiap kita melakukan shalat.Karena shalat merupakan tiang agama seperti halnya bangunan jika bangunan tersebut tanpa tiang maka tak akan mungkin bisa berdiri ibarat seperti itulah shalat bagi seorang muslim,shalat adalah salah satu cara kita untuk berkomunikasi dengan Allah SWT. Dengan demikian shalat kita akan selalu ikhlas, tidak malas, tidak karena orang lain,tidak karena untuk masuk surga, tidak karena ingin dipuji, dimana saja dan kapan saja, tetap mengerjakan shalat dengan baik dan sempurna. Shalat inilah yang akan bermanfaat bagi hidup kita, baik  dunia maupun di akhirat. 

1.Fadilah Shalat Wajib 

    Shalat wajib disebut juga shalat maktubah, shalat ini dimaksudkan sebagai kunci amalan yang lain, baik dan buruknya seseorang muslim dapat diukur pada shalatnya. Ada diceritakan dalam hadis Nabi bahwa shalat yang lima waktu, dapat diumpamakan orang yang mandi di sungai, sungai itu artinya jernih mengalir dan letaknya di depan rumah. Orang yang menegakkan shalat lima waktu sehari, sama dengan mandi lima kali sehari. Maksud ungkapan Nabi adalah kebersihan hati dan jiwa orang yang melaksanakan shalat lima waktu dengan sempurna, bagaikan bersihnya badan orang yang mandi sehari lima kali. Sedang air sungai yang jernih di depan rumah itu, menggambarkan bahwa shalat itu tidak berat asal kita niat. Segala apapun jika niat akan terlaksana meskipun waktu tidak memungkinkan. Shalat inilah yang dimaksudkan oleh firman Allah Surah Al-Ankabut ayat 45: 

اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

Artinya : "Dan tegakkanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mampu mencegah perbuatan keji dan mungkar".

    Maksudnya shalat yang dikerjakan ikhlas,baik dan sempurna ,akan mampu memelihara orang yang mengerjakannya dari perbuatan keji dan perbuatan mungkar.Kalau ada orang yang rajin mengerjakan shalat tetapi perbuatannya jahat,sering menganiaya yang lain,maka berarti shalat yang dikerjakan belum sempurna,mungkin belum ikhlas,mungkin ingin dipuji orang dan sebagainya.Orang yang shalat,hatinya bersih,sebersih badan yang mandi,maka apa yang diperbuat selalu baik,karena hatinya terhindar dari sisa iri,dengki,dan dendam.Hidupnya akan mantap dan tenang,kapan saja,bagaimana dan dimana saja baik sewaktu menerima musibah atau menerima keuntungan.Sebab dia yakin apa yang diberikan oleh Allah pada dirinya apapun bentuknya,itulah yang paling baik,bagi dirinya.Itulah sasaran Firman Allah Surah Al-Ma'arii ayat 1-44 : 

إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. (QS. Al-Ma’arij; 19-21)

إِلَّا الْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ

kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, shalatnya selalu mantap dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta) (QS. Al-Ma’arij; 19- 25)

    Maksudnya ,orang yang shalatnya selalu mantap hidupnya tidak akan gelisah,sebab punya keyakinan bahwa hidup ini berisi ujian dan apa yang diberikan Allah itu semua berupa ujian.Yang diberi keuntungan diuji dengan keuntungannya,yang punya kedudukan diuji dengan kedudukannya,yang diberi kemiskinan diuji dengan kemiskinannya.Jadi semuanya berupa ujian yang harus ditempuh dengan sebaik-baiknya.Dengan keyakinan seperti ini,orang akan menerima kehidupannya dengan sikap yang wajar dan ikhlas.Apabila menjadi kaya,kaya yang baik,apabila miskin ,miskin yang baik.Apabila sebagai penguasa,penguasa yang baik.Dan apabila jadi pengusaha,pengusaha yang baik,dan seterusnya.Sebab semua dan apapun nasib yang diterima akan ditanggung jawabkan dihadapkan Allah ,bagaimana cara kita menerimanya.Apakah keadaan kita saat ini,mengganggu orang lain atau menjadi beban orang lain?.Apakah kekayaan kita ,kita pergunakan untuk menindas orang lain,apakah kekuasaan yang kita pegang saat ini kita pergunakan untuk menggusur hak-hak orang lain?

    Semua itu bisa dipertanyakan pada diri sendiri dan hati kita masing-masing.Kemudian kita kembalikan pada ibadah kita,khususnya shalat kita.Apakah sudah kita laksanakan sebaik-baiknya?Apakah shalat kita sudah sesuai  dengan yang dikehendaki oleh Allah ?Sebab yang kita sembah adalah Allah ,jadi harus menurut cara yang dikehendaki  oleh Allah,jangan sampai menurut cara kita kehendaki sendiri,meskipun menurut kita baik.Dan shalat yang baik,yang dikehendaki Allah adalah yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad.

2. Fadillah Shalat Jama'ah 

    Bekerja untuk mencari nafkah itu adalah perbuatan yang baik dan dibenarkan oleh agama,tetapi harus selalu mencari yang lebih baik lagi atau yang paling baik.Begitu pula di dalam shalat,shalat yang diperintahkan itu semua baik,tetapi nilai kebaikan itu ada tingkatannya.Dalam agama disebut afdlol atau keutamaan.Misalnya : shalat yang dilakukan duduk itu,nilainya separuh dari shalat berdiri,dan shalat dengan tidur nilainya separuh dibanding dengan shalat duduk.

    Contoh lain lagi,shalat dengan satu orang,lebih baik daripada shalat sendiri.Shalat dengan dua orang lebih baik daripada shalat bersama satu orang dan shalat berjamaah bersama orang yang lebih banyak,lebih disukai oleh Allah (Hadits).

Berdasarkan hadits dari Ubai bin Ka’ab. Rasulullah Saw bersabda:

وَإِ لَّا ف صَلاَةَ اللَّا جُلِ مَعَ اللَّا جُلِ أَزْ ى مِنْ صَلاَتِوِ وَ دَهُ وَصَلاَتُوُ مَعَ اللَّا جُلَ أَزْ ى مِنْ صَلاَتِوِ مَعَ اللَّا جُلِ وَمَا ثػ فَػ وَ أَ بُّ إِلَذ الللَّاوِ تَػعَالَذ

“Sesungguhnya shalat seseorang dengan satu orang lebih utama daripada shalat sendirian. Shalat seseorang bersama dua orang lebih utama daripada shalatnya bersama satu orang. Jika lebih banyak, maka lebih dicintai Allah Swt”. (HR. Abu Daud)

Dan shalat berjamaah.fadillahnya lebih besar daripada shalat sendiri (munfarid) hadist nabi menyebutkan :

صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً

Artinya : "Shalat berjamaah itu,nilainya lebih dibandingkan shalat sendiri,sebesar dua puluh tujuh derajat."

    Maksudnya shalat berjamaah itu nilainya,dua puluh tujuh derajat nilainya dibanding dengan nilai shalat sendirian.Dan shalat jamaah,juga ada tingkatan keutamaannya bagi,sebagaimana sabda Nabi SAW:

Artinya ; "Shalat berjamaah diantara kamu,nilainya lebih daripada shalat di pasar dan di rumahnya,dua puluh tujuh derajat lebih".

    Maksdunya,shalat berjamaah itu lebih utama dilakukan di luar rumah dan diluar pasar.Dari perbandingan nilai shalat jamaah,dan shalat sendiri (munfarid),maka sangatlah rugi jika tidak menyempatkan diri untuk berjamaah.Kalau orang bekerja dengan gaji cukup,dan dia ditawari gaji yang lebih besar lagi tetapi dia malas menerimanya,maka orang tersebut dikatakan bodoh atau rugi,sebab tidak memilih yang lebih baik.

    Mengapa urusan shalat tidak diperhitungkan begitu?Sama saja,shalat harus dilaksanakan yang lebih afdol.Dan berusaha sedapat mungkin shalat berjamah.

3. Fadilah Shalat Sunat

    Belum pernah ada tuntutan yang membedakan antara nilai shalat,baik shalat wajib maupun shalat sunat.Yang membedakan nilainya adalah antara shalat sendiri atau berjamaah.Perbedaan antara shalat wajib dan shalat sunat adalah hukumnya (wajib dan sunat),soal nilai pahalanya sama.Jadi,sangat tidak benar sementara orang yang apabila mengerjakan shalat wajib selalu diusahakan sekhusyu' mungkin,tetapi kalau mengerjakan shalat sunat seenaknya sendiri (tidak diusahakan khusyu').

    Kalau kita umpamakan shalat itu sebagai kerja,maka yang wajib disamakan jam dinas,sedang yang sunat sebagai jam lembur.Tentu saja cara pelaksanaanya sama,bahkan jika jam lembur itu diperlukan sebaik-baiknya,maka nilai kesetiaan kerja akan sangat diperhatikan oleh atasannya.Begitu pula dengan shalat sunat,jika dilakukan sebaik-baiknya,semakin memperbesar nilai tambah kita akan mampu menutupi kekurangan-kekurangan kita yang lain.Perlu diketahui bahwa,shalat sunat itu banyak macamnya,maka jangan sekali-kali melakukan shalat tanpa ada tuntunanya.

Keutamaan Shalat Sunnah 

Banyak hadits-hadits yang menjelaskan tentang besarnya keutamaan dan pahala yang diperoleh dari shalat sunnah. Di antaranya adalah: 

1. Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِـهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمْ اَلصَّلاَةُ، قَالَ: يَقُوْلُ رَبُّنَا -جَلَّ وَعَزَّ- لِمَلاَئِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ: اُنْظُرُوْا فِيْ صَلاَةِ عَبْدِيْ، أَتَمَّهَا أَوْ نَقَصَهَا، فَإِنْ كَانَتْ تَامَّـةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً، وَإِنْ كاَنَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا، قَالَ: اُنْظُرُوْا هَلْ لِعَـبْدِيْ مِنْ تَطَوُّعٍ؟ فَإِنْ كاَنَ لَهُ تَطَوُّعٌ، قَالَ: أَتِمُّوْا لِعَبْدِيْ فَرِيْضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ، ثُمَّ تُؤْخَذُ اْلأَعْمَالُ عَلَى ذَلِكَ. 

“Sesungguhnya amal manusia yang pertama kali akan dihisab kelak pada hari Kiamat adalah shalatnya.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda lagi, “Allah جَلَّ وَعَزَّ berfirman kepada para Malaikat-Nya, sedangkan Ia lebih mengetahui, ‘Lihatlah shalat hamba-Ku, sudahkah ia melaksanakannya dengan sempurna ataukah terdapat kekurangan?’ Bila ibadahnya telah sempurna maka ditulis untuknya pahala yang sempurna pula. Namun bila ada sedikit kekurangan, maka Allah berfirman, ‘Lihatlah apakah hambaku memiliki shalat sunnah?’ Bila ia memiliki shalat sunnah, maka Allah berfirman, ‘Sempurnakanlah untuk hamba-Ku dari kekurangannya itu dengan shalat sunnahnya.’ Demikianlah semua ibadah akan menjalani proses yang serupa.”

2. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

مَنْ صَلَّى فِيْ يَوْمٍ، اِثْنَتَيْ عَشْـرَةَ رَكْعَةً، تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيْضَةٍ، بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ. 

“Barangsiapa yang melakukan shalat sunnah selain shalat fardhu dalam sehari dua belas raka’at, maka Allah pasti akan membangunkan untuknya sebuah rumah di Surga.”

3. Rubai’ah bin Ka’ab al-Aslami Radhiyallahu anhu berkata:

 كُنْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوْئِهِ وَحَاجَتِهِ، فَقَالَ لِي: (سَلْ)! فَقُلْتُ: أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ، قَالَ: (أَوَ غَيْرَ ذَلِكَ)؟ قُلْتُ هُوَ ذَاكَ، قَالَ: (فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُوْدِ).  

“Suatu hari aku bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku membawakan kepadanya bejana air untuk beliau berwudhu’ dan segala keperluannya. Beliau berkata kepadaku, ‘Mintalah!’ Aku berkata, ‘Aku meminta kepadamu untuk dapat menemanimu di Surga kelak.’ Beliau bertanya, ‘Adakah selain itu?’ Aku menjawab, ‘Hanya itu saja.’ Beliau bersabda, ‘Bantulah aku untuk mewujudkan keinginanmu itu dengan memperbanyak sujud."

4. Mi’dan bin Abi Thalhah al-Ya’muri berkata, “Aku bertemu Tsauban, bekas budak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku berkata kepadanya, ‘Beritahukanlah kepadaku tentang amal ibadah yang jika aku lakukan, maka Allah akan memasukkanku karenanya ke dalam Surga!’ Ia terdiam, lalu aku bertanya lagi. Ia masih terdiam, lalu aku bertanya lagi ketiga kalinya. Akhirnya ia berkata, ‘Aku telah menanyakan masalah ini kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau bersabda:

 عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُـوْدِ للهِ، فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ ِللهِ سَجْدَةً، إِلاَّ رَفَعَكَ اللهُ بِهَا دَرَجَةً، وَحَطَّ بِهَا عَنْكَ خَطِيْئَةً. 

“Perbanyaklah sujud kepada Allah, karena tidaklah engkau bersujud kepada Allah dengan satu kali sujud, melainkan Allah akan mengangkat bagimu satu derajat karenanya dan menghapuskan bagimu satu dosa karenanya.” Mi’dan berkata: “Lalu aku bertemu Abud Darda’ dan aku tanyakan masalah ini kepadanya juga. Ia menjawab seperti jawaban yang diberikan Tsauban.”

    Yang dimaksud dengan sujud dalam hadits ini adalah melakukan shalat sunnah. Karena bersujud secara terpisah tanpa dilakukan dalam shalat atau tanpa sebab merupakan sesuatu yang tidak dianjurkan. Bersujud, walaupun termasuk dalam shalat fardhu, namun melaksanakan shalat fardhu adalah kewajiban atas setiap muslim. Maka yang ditunjukkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di sini adalah, sesuatu yang khusus yang dengannya Mi’dan dapat meraih apa yang ia cari. Oleh karena itulah Ibnu Hajar meriwayatkan hadits Rabi’ah ini dalam bab shalat sunnah.

5. Dari Abu Umamah Radhiyallahu anhu, ia berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 مَا أَذِنَ اللهُ لِعَـبْدٍ فِيْ شَيْءٍ أَفْضَلَ مِنْ رَكْعَتَيْنِ يُصَلِّيْهِمَا، وَإِنَّ الْبِرَّ لَيُذَرُّ فَوْقَ رَأْسِ الْعَبْدِ مَا دَامَ فِيْ صَلاَتِهِ. 

“Tidak ada sesuatu yang lebih baik yang Allah izinkan kepada seorang hamba selain melaksanakan shalat dua raka’at dan sesungguhnya kebajikan akan bertaburan di atas kepala seorang hamba selama ia melakukan shalat.”

    Hadits tersebut menunjukkan keutamaan shalat sunnah dan kebaikan yang didapat darinya. Disukai Melaksanakan Shalat Sunnah Di Rumah Muslim meriwayatkan dari Jabir Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمُ الصَّلاَةَ فِي مَسْجِدِهِ، فَلْيَجْعَلْ لِبَيْتِهِ نَصِيْبًا مِنْ صَـلاَتِهِ، فَإِنَّ اللهَ -عَزَّ وَجَلَّ- جَاعِلٌ فِي بَيْتِهِ مِنْ صَلاَتِهِ خَيْرًا. 

“Apabila salah seorang di antara kalian shalat di masjid, maka hendaknya ia pun menjadikan sebagian dari shalatnya di rumah, karena Allah Azza wa Jalla akan memberikan kebaikan dalam rumahnya dari shalatnya itu.”

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 فَعَلَيْكُمْ بِالصَّلاَةِ فِي بُيُوْتِكُمْ، فَإِنَّ خَيْرَ صَلاَةِ الْمَرْءِ فِي بَيْتِهِ، إِلاَّ الصَّلاَةَ الْمَكْتُوْبَةَ.

 “Shalatlah di rumah-rumah kalian karena sebaik-baik shalat seseorang adalah yang dilaksanakan di rumahnya kecuali shalat wajib.”

    Anjuran dalam hadits-hadits ini bersifat umum yang meliputi semua jenis shalat sunnah rawatib dan shalat sunnah secara mutlak kecuali shalat sunnah yang menjadi bagian dari syi’ar Islam, seperti shalat ‘Id, shalat gerhana dan shalat Istisqa’. Demikian apa yang dikemukakan oleh Imam an-Nawawi.

Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: اِجْعَلُوْا مِنْ صَلاَتِكُمْ فِي بُيُوْتِكُمْ، وَلاَ تَتَّخِـذُوْا قُبُوْرًا. “Jadikanlah tempat pelaksanaan sebagian shalatmu di rumah-rumah kalian, dan janganlah jadikan rumah-rumah kalian itu seperti kuburan.”

    Hadits tersebut menjelaskan bahwa melaksanakan shalat lebih baik dirumah agar jauh dari perbuatan riya’, terjaga dari segala hal yang bisa merusak amal, rumah menjadi penuh berkah, rahmat serta Malaikat pun turun dan syaitan pun menjauh darinya.


Referensi

https://surabaya.tribunnews.com/2021/06/07/10-keutamaan-shalat-berjamaah-menurut-hadist-salah-satunya-dijauhkan-dari-azab-neraka page=all#:~:text=Dari%20Ibnu%20Umar%2C%20sesungguhnya%20Rasulullah,Muslim).

https://www.republika.co.id/berita/p02e9q396/25-atau-27-derajat-pahala-shalat-berjamaah-ini-penjelasannya

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5502771/pahala-sholat-berjamaah-lebih-banyak-dibandingkan-sendirian-ini-dalilnya

HR. Abu Dawud, kitab ash-Shalaah, bab Qaulin-Nabiy: Kullu Shalaatin laa Yutimmuha Shaahibuha Tutammu min Tathaw-wu’ih, (hadits no. 864), at-Tirmidzi, kitab ash-Shalaah, bab Maa Jaa-a Awwalu ma Yuhaasabu bihil ‘Abdu Yaumal Qiyaa-mati ash-Shalaah, (hadits no. 413). At-Tirmidzi berkomentar hadits ini hasan dan gharib dari jalur ini. An-Nasa-i, kitab ash-Shalaah, bab al-Muhaasabah ‘alash Shalaah, (hadits no. 465) dan Ahmad dalam Musnadnya, (II/290). Hadits ini dinyata-kan hasan oleh al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, (IV/159) dan dinyatakan shahih oleh al-Albani. Lihat Shahih Sunan Abi Dawud, (I/163).

Drs.M.Nawawi T, Penuntun Praktis Shalat Lengkap Beserta Dzikir dan D'oa-d'oa

(Surabaya: Karya Ilmu Surabaya, 2002).

Comments