foto dari IG;@mskyl3r
Kisah Pangeran Biawak dan Putri Bungsu
Merupakan salah satu cerita
rakyat dari kalimantan selatan,yang menjadi pusat perhatian dalam cerita rakyat
ini adalah seorang pangeran yang berwujud biawak menikahi putri bungsu dari
kerajaan.Berikut cerita selengkapnya....
PANGERAN BIAWAK
Dahulu di pedalaman Kalimantan ada sebuah
kerajaan.Rakyat kerajaan itu hidup dengan kemakmuran yang melimpah,tentram dan
damai karena kerajaan itu diperintah oleh seorang raja yang adil dan bijaksana.
Raja mempunyai tujuh orang
putri.Semuanya belum bersuami.Lalu raja mengadakan sayembara.Barangsiapa dapat
membangun istana megah di seberang sungai maka merekalah yang akan beroleh
kesempatan menjadi menantunya.Pegumuman pun disebar ke pelosok negeri.Hasilnya
luar biasa.Ada enam orang pemuda yang menyanggupi permintaan raja.Keenam pemuda
itu bekerja keras siang dan malam,hasilnya luar biasa.Dalam tempo yang tidak
terlalu lama berdirilah sebuah istana yang megah di seberang sungai,lengkap
dengan isinya dan tanah lapang yang mengelilinginya.
Karena istana tersebut berada di
seberang sungai maka raja meminta supaya dibangun sebuah jembatan besar dan
megah agar orang yang hendak menuju istana baru tidak usah menggunakan
perahu.Cukup berjalan kaki saja.Dan pekerjaan membuat jembatan itu harus
selesai dalam satu malam.
Para petugas kerajaan diperintah
menyebarkan sayembara itu ke seluruh pelosok kerajaan.Namun,sungguh aneh sudah
berhari-hari bahkan berminggu-minggu belum ada seorang pun yang menyatakan
sanggup mengikuti sayembara itu.
Raja menjadi kecewa.Ia mengumpulkan
para pejabat negara kerajaan.Berkatalah sang Raja,”Apakah sudah habis orang
sakti di kerajaan ini,sehingga tak ada yang berani mengikuti sayembara ini?”
Tiba-tiba entah darimana datangnya
ada seorang nenek tua dan seekor biawak hadir di ruang persidangan.
“Hamba meminang putri Paduka untuk
anak hamba.”
“Apa?”teriak sang Raja kaget.
“Benar Paduka,biarpun kami berasal
dari keluarga miskin kami sanggup mengikuti sayembara itu?”kata perempuan tua
itu dengan mantap.
“Oh,ya tidak masalah.”kata
Raja.”Sayembara ini terbuka untuk siapa saja.Kaya miskin,tampan,jelek tidak
masalah,kami tidak memandang rupa.”
“Benarkah Paduka tidak memandang
rupa?”
“Benar ucapanku adalah
jaminan.Pantang bagi Raja menjilat lidah sendiri.”sang Raja menegaskan.”Tetapi
perlu kau ingat,jika anakmu gagal maka kalian berdua akan mendapat hukuman
pancung!”
“Nah,anakku,kau sudah mendengar
sendiri perkataan Paduka Raja.”ujar si nenek tua kepada sang biawak yang mengibas-ngibaskan
ekornya.
Tak disangka biawak yang diajak
bicara oleh si nenek tua bisa menjawab,”Jangan kuatir Ibu...saya sanggup
menyelesaikan jembatan itu kurang dari satu malam.”
Semua orang yang berada di ruang
persidangan menjadi kaget.Tidak disangka jika anak yang dimaksud perempuan tua
itu tak lain adalah biawak yang dibawanya sendiri.Tadinya mereka menyangka anak
perempuan tua itu tinggal di rumah.
Sebelum situasi berubah menjadi
tidak menguntungkan maka si nenek tua cepat-cepat berkata,”Nah Baginda sudah
mendengar sendiri kesanggupan anak hamba.Sekarang hamba berdua mohon diri.”
Sepeninggal nenek tua dan biawaknya
raja memanggil tujuh putrinya untuk diajak bermusyawarah.Masing-masing ditanya
siapakah yang bersedia dipinang oleh si biawak.Enam putri menolak
mentah-mentah.Tinggal seorang yang belum menjawab yaitu si Putri Bungsu.
Kini sang ibu permaisuri meminta ketegasan
si Putri Bungsu.”Bagaimana menurut pendapatmu,Nak?”
“Ucapan Raja pantang ditarik kembali.Demi
kehormatan ayahanda selaku Raja negeri ini,saya sanggup menerima pinangan
Biawak itu.”
Permaisuri langsung jatuh pingsan
mendengar jawaban putrinya yang diucapkan dengan mantap dan tegas.Sementara
keenam saudara Putri Bungsu merasa terheran-heran.
Esok harinya semua orang terkejut.Ternyata
sang Biawak menepati janjinya.Ia mampu membuatkan jembatan hanya dalam tempo
kurang satu malam.
Raja menepati janjinya pula,tujuh orang
putrinya yang cantik-cantik itu disandingkan di pelaminan.Keenam pasangan
pengantin baru itu semuanya nampak serasi.Hanya satu yang aneh,yaitu Putri
Bungsu yang berwajah paling cantik itu justru bersanding dengan seekor biawak.
Saat malam tiba,di peraduan keenam mempelai
sama bercanda dengan pasangan masing-masing.Namun di kamar Putri Bungsu tidak
terdengar canda ria.Ketika malam semakin larut Putri Bungsu semakin
mengantuk,Biawak yang menjadi suaminya ditinggal begitu saja di sudut kamar.Ia
segera tertidur pulas.Namun,di tengah malam ketika ia terjaga,ia kaget bukan
kepalang.Di sampingnya telah berbaring seorang pemuda tampan.
Ia memekik sekuat-kuatnya.Para pegawal
istana segera berhamburan.Putri Bungsu berlarian sembari meminta tolong agar
orang asing di dalam kamarnya segera diusir.
Para pengawal segera memeriksa seluruh isi
kamar,namun yang mereka dapatkan hanya seekor biawak.
“Ah,masak aku cuma bermimpi...?”ujar Putri
Bungsu setelah mendengar laporan penjaga istana.
Karena dianggap sudah aman para penjaga pun
mohon diri.Putri Bungsu masih terheran-heran.Ia yakin tidak sedang bermimpi.Ia
betul-betul terjaga bangun dari tidurnya,tapi kemana ya perginya pemuda tampan
itu.
Di malam ketiga Putri Bungsu sengaja tidak
tidur.Siang harinya ia sudah tidur sepuasnya.Malam ini ia akan menjebak si
pemuda tampan.Ia akan berpura-pura tertidur lelap.Nah benar saja,tidak lama
setelah itu ada suara mendesis di sampingnya,kemudian terasa ada benda berat
merebahkan diri di sampingnya.Putri Bungsu segera membalik.Benar saja,pemuda
asing yang dua malam berturut-turut hadir di kamarnya kini malah makin berani
mendekatinya.
Dengan mata beringas Putri Bungsu membentak,”Hai
lelaki asing! Sungguh kau tak tahu malu,berani masuk ke kamar orang.Walau
suamiku seekor binatang ia jauh lebih baik dibanding kau yang tidak tahu
tatakrama!”
Habis memaki-maki tiba-tiba Putri Bungsu
menghunus pisau yang sejak tadi disiapkan di bawah kasur.Ia mencoba menyerang
si pemuda.Namun dengan mudahnya si pemuda menangkis dan pisau itu terlempar ke
lantai.Kini sang Putri malah berada di dalam rangkulan ketat si pemuda tampan.
“Sabar istriku,aku sebenarnya adalah biawak
suamimu sendiri.Tadinya aku juga seorang manusia biasa,namun karena sesuatu hal
aku dikutuk Dewa sehingga menjadi seekor biawak,kalau malam menjadi manusia
sedangkan kalau siang berubah menjadi biawak”
Putri Bungsu mengganguk-angguk ketika
mendengar peraturan itu,ketika rangkulan si pemuda dilepaskan,Putri Bungsu
segera melompat ke sudut kamar,disana ia menemukan kulit biawak.Sarungan yang
biasa dimasuki suaminya itu segera dibawa ke luar istana,lalu dibakar sampai
hangus musnah.Lalu ia berbalik ke kamarnya lagi.Disana ia mendapati seorang
perjaka tampan yang lagi gerah,karena sarungan yang biasa ia pakai kini hangus
terbakar,selanjutnya ia pulih seperti sedia kala dengan ketampanan yang tiada
tara.
Keajaiban itu membuat iri keenam
saudaranya.Hampir bersamaan keenam saudaranya itu meminta suami masing-masing
untuk berdagang ke negeri jauh.Lalu keenam saudaranya itu memelihara seekor
biawak liar di dalam kamarnya.Mereka berharap ada kejadian serupa yang dialami
adiknya.
Tapi apa yang terjadi?Di malam pertama
mereka sudah menjerit-jerit kesakitan karena tubuhnya dicakari dan digigit oleh
biawak liar.Akhirnya biawak-biawak itu mereka buang ke sungai.
Esok harinya mereka bersama-sama menemui adik mereka tercinta yaitu si Putri Bungsu.Mereka merangkul adiknya itu dengan penuh rasa haru.Mereka sadar bahwa adiknya itu bersuamikan biawak bukan karena keinginan sendiri melainkan demi berbakti dan menjaga kehormatan ayahandanya.Niat tulus itu akhirnya membuahkan nasib yang baik dan membahagiakan Putri Bungsu.
Referensi ;
Tika Ikranegara,"Asal Mula Candi Roro Jonggrang",Mitra Jaya;Surabaya